Ketika Wundt berhasil mendirikan
laboratorium psikologinya di Leipzig, para sarjana mulai menyelidiki
gejala-gejala kejiwaan secara lebih sistematis dan objektif. Metode-metode baru
ditemukan untuk mengadakan pembuktian-pembuktian nyata psikologis, sehingga
lambat laun dapat disusun teori-teori psikologi yang terlepas dari ilmu
induknya. Sejak masa itu pulalah, psikologi mulai bercabang ke dalam berbagai
aliran. Bertambahnya sarjana psikologi juga menambah keragaman berpikir,
beberapa diantaranya tidak dapat disatukan satu sama lain. Karena itulah,
mereka yang merasa satu pemikiran, satu pendapat, menggabungkan diri dan
menyusun suatu aliran sendiri. Aluran strukturalisme, fungsionalisme,
behaviorisme, dan sebagainya merupakan aliran yang tumbuh setelah lahirnya laboratorium pertama di Leipzig
tersebut. Minat untuk penyelidikan gejala kejiwaan sudah lama sekali ada di
kalangan umat manusia. Awalnya, para ahli filsafat zaman Yunani kuno-lah yang
memikirkan gejala-gejala mengenai kejiwaan. Pada waktu itu, belum terdapat
pembuktian-pembuktian nyata atau empiris. Segala teori dikemukakan berdasarkan
argumentasi-argumentas logis belaka. Dengan kata lain, psikologi pada waktu itu
merupakan bagian dari filsafat dalam arti kata yang semurni-murninya.
Tokoh-tokoh Yunani kuno yang banyak menemukan teori psikologi, antara lain
adalah Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).
Berabad-abad lamanya psikologi merupakan
bagian dari filsafat, antara lain di Prancis muncul Rene Descartes (1596-1650)
yang terkenal dengan teori tentang kesadaran dan di Inggris muncul tokoh-tokoh
seperti John Locke (1773-1836) dan anaknya John Stuart Mill (1806-1873) yang
dikenal sebagai tokoh-tokoh aliran asosianisme.
Sementara itu, sejumlah ahli ilmu faal juga mulai menaruh minat pada gejala-gejala
kejiwaan. Mereka melakukan eksperimen-eksperimen dan mengemukakan teori-teori
ang besar pengaruhnya terhadap perkembangan psikologi selanjutnya. Teori-teori
yang dikemukakan oleh ahli-ahli ilmu faal
ini berkisar tentang syaraf-syaraf sensoris dan motoris yang merupakan pusat
sensoris syaraf-syaraf tersebut. Tokoh-tokoh ilmu faal ini, antara lain C. Bell
91774-1842), F. Magendie (1785-1855), J.P. Muller (1801-1858).
Dalam hal ini prelu kiranya disebut secara
khusus nama seorang sarjana asal Rusia, I.P. Pavlov (1849-1936). Dari
teori-teorinya tentang gerak refleks, kemudian berkembang aliran behaviorisme
di Amerika Serikat, yaitu aliran psikologi yang hanya mau mengakui tingkah
laku-tingkah laku nyata sebagai objek studinya dan menolak anggapan-anggapan
sarjana psikologi lainnya yang mempelajari pula tingkah laku yang tidak nampak
dari luar. Selain itu perlu juga dikemukakan peranan seorang dokter berdarah
campuran Inggris-Scotlandia bernama William McDougall (1871-1938) yang telah
memberi inspirasi terhadap aliran behaviorisme di Amerika Serikat melalui
teori-teorinya yang dikenal dengan nama psikologi puposif atau psikologi
bertujuan.
Pada waktu para sarjana, baik dari bidang
ilmu filsafat maupun dari bidang ilmu faal bersibuk diri dan berusaha untuk
menerangkan gejala-gejala kejiwaan secara ilmiah murni, muncul orang-orang
spekulatif yang mencoba untuk menerangkan gejala-gejala kejiwaan dari segi yang
lain. Salah satu dari mereka adalah F.J. Gall (1785-1828) yang mengemukakan
teori bahwa jiwa manusia dapat diketahui dengan cara meraba tengkorak kepala
orang yang bersangkutan. Teori ini seolah-olah ilmiah, padahal pada hakikatnya
hanya bersifat ilmiah semu dan dikenal dengan nama pheronology. Di samping Pheronology,
ada pula metode lain yang bersifat ilmiah semu, seperit palmistry (ilmu rajah tangan), astrologi (ilmu perbintangan), numerology (ilmu angka-angka), dan
sebagainya.
Tahun 1879 merupakan tahun yang sangat
penting dalam sejarah psikologi. Pada tahun ini Wundt (1832-1920) mendirikan
laboratorium pertama di Leipzig, yang dianggap sebagai pertanda berdiri
sendirinya psikologi sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu induknya
(filsafat dan ilmu faal). Pada tahun ini, Wundt mengenalkan metode introspeksi
dalam eksperimen-eksperimennya. Wundt kemudian dikenal sebagai seorang penganut
elementisme karena ia percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen. Ia pun
dianggap sebagai tokoh asosianisme karena ia percata bahwa jiwa terdiri dari
asosiasi yang merupakan mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan
elemen-elemen kejiwaan satus sama lainnya sehingga membentuk satu struktur
kejiwaan yang utuh.
Ajaran Wundt dibawa ke Amerika oleh E.B
Titchener (1867-1927) dan disebarluaskan disana, tetapi tidak mendapat respon
positif. Orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis itu kurang suka
teori Wundt yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat diterapkan secara
langsung dalam kenyataan. Orang-orang Amerika kemudian membentuk aliran sendiri
yang disebut aliran fungsionalisme dengan tokoh-tokohnya, antara lain William
James (1842-1910), dan J.M. Cattel (1866-1944). Sesuai dengan namanya, aliran
fungsionalisme ini lebih mengutamakan mempelajari fungsi-fungsi jiwa daripada
mempelajari strukturnya. Bukti dari betapa pragmatisnya rang-orang Amerika
dapat kita lihat dengan ditemukannya teknik evaluasi psikologi (sekarang
popular dikenal dengan nama psikotest)
oleh J. M. Cattel.
Sekali pun fungsionalisme sudah menekankan
pragmatism, bagi segolongan sarjana Amerika aliran ini masih dianggap terlalu
abstrak. Golongan yang terakhir ini menghendaki agar psikologi hanya
mempelajari segala sesuatu yang benar-benar objektif saja. Mereka hanya ingin
mengikuti tingkah laku yang nyata sebagai objek psikologi. Aliran yang
dipelopori oleh J. B. Watson (1878-1958) ini, selanjutnya dikembangkan oleh
tokoh-tokoh, antara lain E. C. Tolman
(1886-1959).
Sementara itu di Jerman sendiri,
ajaran-ajaran Wundt mulai mendapat kritik dan koreksi. O. Kuple (1862-1915),
murid Wundt, adalah salah satu dari sekian banyak yang kurang puas dengan
ajaran Wundt dan memisahkan diri dari Wundt untuk mendirikan alirannya sendiri
di Wurzburg.
Kita juga tidak boleh melupakan
dokter-dokter khusus psikiater dalam perkembangan psikologi. Dokter-dokter ini
umumnya tertarik pada penyakit jiwa, khususnya psikoneurosis dan berusaha
mencari sebab-sebab penyakit ini untuk mencari teknik pernyembuhannya yang
tepat. Teknik-teknik terapi, seperti magnitisme dan hipnotisme akhirnya
meyakinkan para dokter ini bahwa di belakang kesadaran manusia terdapat kualitas
kejiwaan yang lain, yang disebut ketidaksadaran. Di dalam ketidaksadaran itu
terletak berbagai konflik kejiwaan yang menyebabkan penyakit kejiwaan. Sigmund
Ferud (1858-1939) adalah orang pertama yang secara sistematis menguraikan
kualitas-kualitas kejiwaan itu beserta dinamikanya untuk menerangkan
kepribadian orang dan untuk diterapkan dalam teknik psikoterapi, aliran atau
teorinya disebut sebagai psikoanalisis.
Jadi, begitulah uraian mengenai psikologi
sebagai bagian dari filsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar