Perkembangan psikologi sebagai bagian dari
filsafat menjadi bagian dari ilmu faal seiring dengan kemajuan ilmu alam pada
abad 19. Pemikiran tentang manusia terus berkembang dan eksplorasi fisiologis
manusia secara empiris banyak dilakukan pada fase ini. Pada fase ini jugalah
mulai ada jawaban empiris dan ilmiah atas pertanyaan-pertanyaan yang kerap
muncul di masa lalu. Yaitu:
Apa itu jiwa?
Bagaimana bentuk konkret dari jiwa?
Bagaimana cara mengukur jiwa?
Bagaimana hubungan jiwa dan raga?
Dalam konteks keilmuan abad 19, riset
empiris yang banyak dilakukan pada bidang fisiologis mencakup aktivitas syaraf,
sensasi atau penginderaan, dan fisiologis otak. Hasil riset pada ketiga bidang
ini sangat signifikan membuka wawasan mengenai manusia sehingga memperkuat
pandangan para ilmuwan saat itu akan pentingnya strategi empiris yang
sistematis dalam setiap bidang keilmuan. Bagi psikologi hasil riset ini memberi
jalan untuk membangun dasar fisiologis operasi-operasi mental. Penting untuk
membangun dasar fisiologis operasi-operasi mental. Penting untuk memahami
secara logis dan empiris mengenai aktivitas mental itu sendiri. Konteks
keilmuan abad 19 juga menjelaskan posisi ilmu psikologi modern yang dekat
dengan bidang kedokteran dan psikiatri.
Pada masa ini, Francis Bacon (15610-1626)
menganjurkan metode induktif sebagai metode utama dalam science karena
berangkat dari hasil observasi terhadap suatu yang nyata. Dengan demikian ia
menentang pendapat Aristoteles dan The Scholastic yang menyatakan bahwa metode
deduktif-induktif sama kuatnya. Bacon tidak setuju dengan rasionalisme yang
spekulatif. Meskipun idenya sendiri juga sangat rasional. Dengan kembali pada
fakta yang nyata, Bacon berharap science dapat terbebas dari prinsip-prinsip
spekulatif yang selama ini sangat kuat dipegang.
Ada tiga pergerakan utama dalam bidang
science yang mempengaruhi psikologi bagia dari ilmu faal yaitu fisiologis,
psikofisik, dan evolusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar