Pada masa ini dalam konteks social,
pemerintahan kekaisaran romawi mendunia dengan tertib administrasi kependudukan
yag kuat serta jaminan akan ketentraman social. Pemikiran tentang manusia dan alam
menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa romawi lebih tertarik
pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk
memperkuat dominasi kekaisaran Romawi. Ide-ide dan pemikiran tentang manusia
berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan.
Pengaruhnya bagi perkembangan pemikiran
tentang manusia adalah filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih
tebatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual
religi masyarakat Romawi. Dikotomi manusia dipandang sebagai makhluk yang
kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari cara menguasai keinginan fisik
melalui penolakan dunia materiil dan mencari kebenaran dalam alam dan Tuhan.
Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi berkembangnyaa kekristenan.
Pengaruh Kekristenan
Masa penyebaran agama Kriste dengan tokoh
Yesus sebagai perwujudan manusia sempurna beserta perilakunya yang harus jadi
teladan, paham tritunggal yang mengandaikan x-3x gereja dan para ulamanya
berperan penting dalam masyarakat, peran gereja menjadi dominan dalam
perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendikiawan berlatar
belakang ulama. Secara gradual, gereja menjadi penentu nilai di masyarakat dan
berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide yang muncul. Gereja juga adalah
penyelenggara pendidikan moral. Peran gereja dirasakan kurang memuaskan dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Muncul universitas-universitas di
Eropa yang menawarkan kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi
pertentangan antara gereja dan masyarakat.
Pengaruhnya pada pandangan mengenai manusia
adalah manusia bukan physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek
spiritual tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa manusia ada pada dunia yang tidak
nyata, tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat
dibuktikan lewat iman. Menempatkan ide Plato dalam konteks kekristenan adalah
usaha untuk menjelaskan hubungan antara jiwa dan raga sebagai suatu dualism,
bukan sesuatu yang harus dipertentangkan, jiwa dan raga masing-masing memiliki
fungsi tersendiri. Beberapa tokoh pada masa Romawi adalah St. Agustinus dan
Thomas Aquinas.
Sepannjang masa ini perdebatan mengenai
manusia bergeser dari topic kehidupan yang luas, hubungan antara manusia dengan
lingkungannya, kea rah pemahaman tentang kehidupan secara spesifik, yaitu
hubungan antara aspek-aspek di dalam diri manusia itu sendiri. Menunjukkan
semakin mendalamnya perhatian awal mengenai manusia itu sendiri. Meskipun
dmeikian, pengaruh kuat gereja menyebabkan pemikiran tentang manusia tidak
bebas, dan otoritas ketuhanan tetap dijunjung sebagai otoritas tertinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar