Kondisi adalah hal-hal yang harus ada
supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Sedangkan untuk berpikir baik,
yakni berpikir benar, logis, dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi
tertentu, antara lain:
1)
Cintailah kebenaran
Sikap ini sangat
berpengaruh untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa menggerakkan
si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu penalarannya;
menggerakkan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai “roh-roh” yang akan
menyelewengkannya dari yang benar, misanyal menyederhanakan kenyataan,
menyempitkan perspektif, berpikir terkotak-kotak, memutlakkan titik berdiri
atau suatu profil, dan sebagainya.
Cintanya terhada kebenaran
diwujudkan dalam kerajinan, maksudnya adalah jauh dari kemalasan, jauh dari
takut sulit dan jauh dari kecerobohan. Serta diwujudkan dalam kejujuran, yakni
disposisi atau sikap kejiwaan yang selalu siap sedia menerima kebenaran
meskipun berlawanan dengan prasangka dan keinginan pribadi atau golongannya.
Kewajiban mencari
kebenaran adalah tuntutan intrinsic manusia untuk merealisasikan manusia
menurut tuntutan keluhuran keinsanannya. Dan hak mencari kebenaran mencakup
juga kewajiban patuh ppada kebenaran-kebenaran yang ditemukan oleh orang lan.
2)
Ketahuilah
dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan
Kegiatan yang sedang
dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek kita adalah
suatu usaha terus-menerus mengejar kebenaran yang diselingi oleh diperolehnya
pengetahuan tentang kebenaran tetapi persial sifatnya.
Karena untuk mencapai
kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dan kegiatan,
teramat pentinglah bagi kita untukmengetahui betul semuanya itu supaya dapat
melaksanakannya dengan tepat, seksama.
3)
Ketahuilah
dengan sadar apa yag sedang anda katakana
Pikiran diungkapkan
kedalam kata-kata. Kecermatan pikiran terungkap ke dalam kecermatan kata-kata.
Karenanya kecermatan ungkapan pikiran ke dalam kata tersebut, baik yang
eksplisit maupun yang implisit. Harus mengetahui dengan betul dan seksama isi,
lingkungan, arti fungsional term yang digunakan karena term merupakan unsur
konstitutif penalaran.
4)
Buatlah
pembedaan dan pembagian yang semestinya
Jika ada dua hal yang
tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian
di mana dua hal atau lebih mempunyai bentuk yang sama, namun tidak identic.
Nah, disinilah perlunya dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan. Eksplisitkan
hal-hal yang membuat yang satu bukan yang lain. Hindari setiap usaha main pukul
rata.
Karena realitas adalah
begitu luas, maka perlu diadakan pembagian. Jika membuat pembagian, peganglah
selalu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai anda menjumlah bagian atau
aspek dari suatu realitas begitu saja tanpa berpegang pada suatu prinsip
pembagian yang sama. Bahaya tumpang-tindih akan selalu mengancam jika tidak
dipakai prinsip pembagian yang sama; resiko berikutnya adalah pikiran yang
kacau-balau. Jangan mencampur adukkan sesuatu, dan jangan menggelapkan sesuatu.
5)
Cintailah
definisi yang tepat
Penggunaan bahasa sebagai
ungkapan sesuatu selalu mencakup kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang
akan diungkapkan atau sebagaimana dimaksudkan. Maka jangan segan membuat
definisi. Definisi harus diburu hingga tertangkap.
Definisi artinya
pembatasan, yakni membuat jelas batas-batas sesuatu. Harus dihindari
kalimat-kalimat dan uraian-uraian yang gelap, tidak terang strukturnya, dan
tidak jelas artinya.
6)
Ketahuilah
dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu
Ketahuilah mengapa anda
berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi,
implikasi-implikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan,
pernyataan, atau kesimpulan yang anda buat.
Sering terjadi banyak
orang tidak tahu apa yang mereka katakana dan mengapa mereka berkata begitu.
Jadi bahan yang ada tidak atau kurang cukup untuk menarik kesimpulan, hendaknya
orang menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan atau mebuat
pembatasan-pembatasan dalam kesimpulan.
7)
Hindarilah
kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta sangguplah mengenali
jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan
pemikiran (penalaran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar