Islamisasi
di nusantara pada umumnya berjalan damai, melalui perdagangan dan
dakwah oleh para mubaligh dan sufi. Namun, ada kalanya penyebaran
diwarnai dengan penaklukan, misalnya jika situasi politik
dikerajaan-kerajaan itu mengalami kekacauan akibat perebutan
kekuasaan. Disamping itu, islam juga berfungsi sebagai alat untuk
mempersatukan kekuasaan dalam menghadapi lawan.
a.
Perdagangan
Islamisai
melaluai jalur perdagangan terjadi pada tahap awal, yaitu sejalan
dengan ramainya lalu lintas perdagangan laut pada abad ke-7 hingga
abad ke-16. Pada saat iti, pedagang muslim yang berdagang ke
nusantara semakin banyak sehingga akhirnya membentuk pemukiman yang
disebut pekojan.
Dari tempat ini, mereka berinteraksi dan berasimilasi dengan
masyarakat asli sambil menyebarkan agama Islam.
b.
Perkawinan
Para
pedagang yang datang ke nusantara danyak yang menikah dengan wanita
pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung, wanita-wanita pribumi yang
belum beragama Islam diminta mengucapkan syahadat
sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya. Dengan proses seperti
ini, kelompok mereka semakin besar dan lambat laun berkembang dari
komunitas kecil menjadi kerajaan-kerajaan Islam.
c.
Tasawuf
Saluran
penyebaran Islam yang tidak kalah pentingnya adalah melalui tasawuf.
Tasawuf adalah ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Ajaran tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita babad dan hikayat
masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf yang terkenal
adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syekh Abdul Shamad dan Nuruddin
Ar-Ranirry.
d.
Kesenian
Saluran
penyebaran agama Islam di Nusantara terlihat pula dalam kesenian
Islam, seperti peninggalan seni bangunan, seno pahat, seni musik, dan
seni sastra. Hasil-hasil tersebut dapat pula dilihat pada
masjid-masjid kuno di Demak, Cirebon, Banten, dan Aceh.
e.
Dakwah
Wali Songo
Proses
penyebaran Islam di Nusantara khususnya di pulau Jawa tidak lepas
dari peranan para wali. Para wali bertindak sebagai juru dakwah,
penyebar dan perintis agama Islam. Dengan bekalpengetahuan agama dan
keahlian tersebut,para wali mendapat banyak pengikut dan sangat
dihormati.
Di
Jawa,
terdapat sembilan wali yang sangat terkenal. Para wali ini kemudian
dikemal dengan sebutan Wali Songo ( wali sembilan, karena jumlah wali
ada sembilan orang). Mereka adalah sebagai berikut.
1.
Sunan Ampel (Raden Rahmat), di Ampel, Surabaya.
2.
Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
3.
Sunan Giri (Raden Paku), di Bukit Giri, Surabaya.
4.
Sunan Drajat, di Drajat, Surabaya.
5.
Sunan Bonan (Makdum Ibrahim), di Bonang, Tuban
6.
Sunan Muria, yang tinggal di lereng gunung Muria, Kudus.
7.
Sunan Kalijaga (Joko Said), di Kalidangu, Demak.
8.
Sunan Kudus, yang bertempat tinggal di Kudus.
9.
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), di Gunung Jati, Cirebon
Perkembangan
Islam di Nusantara
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang dengan
cepat di Indonesia. Diantaranya sebagai berikut.
1.
Syarat masuk agama Islam sangatlah mudah. Seseorang hanya butuh
mengucapkan kalimat syahadat untuk bisa secara resmi masuk Islam.
2.
Agama Islam tidak mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan
perbedaan kasta. Setiap anggota masyarakat memiliki kedudukan yang
sama sebagai hamba Allah SWT. Kenyataan ini berbeda dengan kondisi
sebelumnya dimana masyarakat terbagi dalam kasta-kasta.
3.
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang relatif damai
(tanpa melalui kekerasan)
4.
Sifat masyarakat Nusantara yang ramah tamah memberi peluang untuk
bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan itu,
terjadi saling mempengaruhi dan saling pengertian.
5.
Upacara-upacara ke agamaan dalam Islam lebih sederhana, dan di
padankan dengan upacara-upacara yang telah ada sebelumnya.
Faktor-faktor
diatas, didikung pula dengan semangat para penganut Islam untuk terus
menyebarkan agama yang telah dianutnya. Bagi penganut agama Islam,
menyebarkan agama Islam adalah sebuah kewajiban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar