MAKALAH
‘KERAJAAN KEDIRI’
OLEH:
KELOMPOK 6
XI IPA 2
1.
Annida Rizki Amalia
2.
Faras Bakhtiar
4.
Robi’ah
5.
Siti Sophia Luthfiani
SMA NEGERI 1 PANDEGLANG
TAHUN AJARAN 2013-2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT dzat yang
telah menciptakan alam semesta, dzat yang tak ada dua, dan Maha sumber segala
ilmu pengetahuan di dunia.
Salawat dan salam teruntuk utusan
Allah, Nabi Muhammad SAW. Pembawa cahaya bagi umatnya yang berada dalam
kegelapan, yang mengajarka akhlak dan budi pekerti mulia bagi kehidupan.
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan
Makalah ‘Kerajaan Kediri’ dengan tempo waktu sebagaimana mestinya. Namun, dalam
penulisan makalah ini banyak sekali hambatan yang kami hadapi. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna. Maka kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran dari pembaca
demi penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat membantu
dalam proses belajar mengajar, serta menambah wawasan ilmu tentang sejarah
Kerajaan Kediri.
Pandeglang,
04 September 2013
Penulis
Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab I 4
Bab II 5
Bab III 15
Daftar Pustaka 16
Lampiran pertanyaan 17
BAB I
A.
Latar Belakang
Dibuatnya makalah ini diajukan untuk
menambah nilai mata pelajaran Sejarah Tahun Ajaran 2013-2014. Dan untuk
menambah wawasan tentang Kerajaan Kediri.
B.
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan makalah ini dibatasi
dengan:
·
Politik
·
Sosial
·
Budaya
BAB II
Kerajaan Kediri (abad XII M)
Berdiri pada abad ke-12. Dan pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai
Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Dan juga merupakan bagian dari
Kerajaan Mataram Kuno.
Sumber Sejarah
Kerajaan Kediri
Prasasti-prasasti
menjelaskan kerajaan Kediri antara lain yaitu:
- Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala.
- Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya.
- Prasasti Sirah Keting (1140) tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
- Prasasti yang ditemukan di Tulung Agung Kertosono, Berisi masalah keagamaan (Raja Bameswara 1117-1130 M).
- Prasasti Ngantang (1135 M) tentang Raja Jayabaya memberi hadiah rakyat desa Nganteng sebidang tanah bebas pajak.
- Prasasti Jaring (1181 M) tentang Raja Gandra yang membuat sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus Janata.
- Prasasti Kamulan (1194 M) tentang Raja Kertajaya yang menyatakan bahwa Kediriberhasil mengalahkan musuh di katang-katang.
Selain
dari prasasti-prasasti tersebut, ada lagi prasasti yang lain tetapi tidak
begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan tentang Kerajaan Kediri adalah hasil
karya berupa kitab sastra seperti kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri (Panjalu)
atas Janggala.
Kronik
Cina juga banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan
pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber lain. Berita tersebut
disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-t yang ditulis oleh
Choi-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chi-fan-Chi yang ditulis oleh Chau-ju-kua
tahun 1225 M.
Dan
di era 2000-an terdapat penemuan situs tondowongso tepatnya awal tahun 2007
yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri. Dalam perkembangan
politiknya wilayah kekuasaan Kediri masih sama seperti kekuasaan Raja
Airlangga, dan raja-rajanya banyak yang dikenal dalam sejarah karena memiliki
lencana atau lambang tersendiri.Semua peninggalan sejarah-sejarah tersebut
diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak tentang perkembangan Kerajaan
Kediri dalam berbagai aspek kehidupan
Letak
Lokasi Kerajaan Kediri
Kerajaan
Kediri terdapat di Jawa Timur, Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang
terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.
A.
POLITIK
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri
Arca yang
ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama
kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.
Pada akhir
November 1042, Airlangga membelah wilayah kerajaannya. Pembagian kerajaan
tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu
Mpu Bharada
Putra yang bernama Sri
Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota
baru, yaitu Daha. Sesungguhnya
kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan
dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam
prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita
dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua
putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu
yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan
yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat
di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu.
Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan
Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu
memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam
prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu
juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).
Perkembangan
Kerajaan
Dalam masa perkembangannya Kerajaan Kediri yang
beribukota di Daha tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin
tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Kejayaan Kerajaan
Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan
pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Tak banyak yang diketahui mengenai
peristiwa di masa-masa awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136) menikah
dengan Dewi Kirana, puteri Kerajaan Janggala. Dengan demikian, berakhirlah
Janggala kembali dipersatukan dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup
kuat di Jawa. Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin Smaradahana oleh Mpu
Dharmaja, yang dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan cerita Panji. Demikian
pula Mpu Tanakung mengarang kitab Kakawin Lubdaka dan Wertasancaya
Raja
terkenal Kediri adalah Jayabaya (1135-1159). Jayabaya di kemudian hari dikenal
sebagai "peramal" Indonesia masa depan. Pada masa kekuasaannya,
Kediri memperluas wilayahnya hingga ke pantai Kalimantan. Pada masa ini pula,
Ternate menjadi kerajaan subordinat di bawah Kediri. Waktu itu Kediri memiliki
armada laut yang cukup tangguh. Beliau juga terkenal karena telah memerintahan
penggubahan Kakawin Bharatayuddha, yang diawali oleh Mpu Sedah dan kemudian diselesaikan
oleh Mpu Panuluh.
Raja
Kertajaya yang memerintah (1185-1222), dikenal sebagai raja yang kejam, bahkan
meminta rakyat untuk menyembahnya. Ini menyebabkan ia ditentang oleh para
brahmana. Kertajaya adalah raja terakhir dari kerajaan Kadiri.
Penemuan
Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan
Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membuka lebih banyak tabir misteri.
Perkembangan politik kerajaan kediri
Mapanji Garasakan memerintah tidak
lama. Ia digantikan Raja Mapanji Alanjung
(1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan
Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua
kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari
Kediri.
Raja yang memerintah
Sistem
pemerintahan kerajaan Kediri terjadi beberapa kali pergantian kekuasaan ,
adapun raja – raja yang pernah berkuasa pada masa kerajaan Kediri adalah:
v
Pada
saat Daha menjadi ibu kota kerajaan yang masih utuh
Airlangga, merupakan pendiri kota Daha sebagai pindahan
kota Kahuripan. Ketika ia turun takhta tahun 1042, wilayah
kerajaan dibelah menjadi dua. Daha kemudian menjadi ibu kota kerajaan bagian
barat, yaitu Panjalu.
Menurut Nagarakretagama, kerajaan yang dipimpin Airlangga tersebut sebelum dibelah sudah bernama
Panjalu.
v Pada saat Daha menjadi ibu kota
Panjalu
·
Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya ditemukan dalam prasasti
Pamwatan (1042).
Sepeninggal Raja Airlangga dan selama
kekuasaan Samarawijaya, Kerajaan Janggala dan Panjalu tidak pernah hidup
berdampingan secara damai. Perebutan kekuasaan terus berlangsung hingga tahun
1042, Mapanji Garasakan dapat mengalahkan Samarawijaya. Diabadikanlah nama Raja
Mapanji Garasakan (1042-1052 M) dalam Prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang
Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha (Wisnu Naik Garuda). Namun Mapanji tidak
lama memimpin Kerajaan. Tampuk pemerintahan lalu jatuh ditangan Raja Mapanji
Alanjung Ahyes (1052-1059 M) dan kemudian digantikan lagi oleh Sri Maharaja
Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Janggala dan Panjalu
menyebabkan selama kira-kira 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai
kedua Kerajaan tersebut hingga muncullah nama Raja Sri Maharaja Sri Bameswara
·
Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting
(1104). Tidak diketahui dengan pasti apakah ia adalah pengganti langsung Sri Samarawijaya atau bukan.
·
Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I
(1117), prasasti Panumbangan (1120), dan prasasti Tangkilan (1130).
Raja Sri Maharaja Sri Bameswara (1116-1135 M)
dari Kediri yang menggunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang
bertaring diatas bulan sabit. Pada masa pemerintahannya banyak dihasilkan
karya-karya sastra bahkan kiasan hidupnya yang dikenal dalam Cerita Panji.
·
Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Panjalu,
berdasarkan prasasti Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin
Bharatayuddha
(1157).
Bameswara
diganti oleh Sri Maharaja Sri Jayabhaya (1135-1159 M) yang menggunakan lencana
Kerajaan berupa lencana Narasingha yaitu setengah manusia setengah singa.
Pada
masa pemerintahannya Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan dan juga banyak
dihasilkan karya sastra terutama ramalannya tentang Indonesia antara lain akan
datangnya Ratu Adil. Jayabhaya disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Ketika ia
berkuasa, pertentangan dengan Janggala berakhir setelah ia dapat menguasai
Kerajaan tersebut. Atas kemenangan tersebut ia memperingatinya dengan
memerintahkan Mpu Sedah untuk menggubah Kakawin (syair) Bharatayudha
sebagai peringatan atas peperangan Kediri dan Janggala. Karena Mpu Sedah tidak
sanggup menyelesaikan Kakawin tersebut, Mpu Panuluh melanjutkan dan
menyelesaikannya pada tahun 1157 M. Jayabhaya juga terkenal akan ramalannya
yang sering disebut Jangka Jayabhaya.
Meskipun
demikian, kenyataannya 2 pujangga yang hidup sezaman dengan Prabu Jayabhaya,
yakni Mpu Sedah dan Mpu Panuluh sama sekali tidak menyebut dalam
kitab-kitab mereka ( Kakawin Bharatayudha, Kakawin Hariwangsa, Kakawin
Gatotkacasraya) bahwa Prabu Jayabhaya memiliki karya tulis. Kakawin
Bharatayudha hanya menceritakan peperangan antara Kediri dan Janggala.
Sedangkan Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya berisi tentang cerita
ketika sang Prabu Kresna, titisan batara Wisnu ingin menikah dengan Dewi
Rukmini, dari negri Kundina, putri Bismaka. Rukmini sendiri adalah titisan dari
Dewi Sri.
Kakawin
Bharatayudha yang digubah oleh 2 pujangga Kediri merupakan kisah perang saudara
yang diilhami kitab Mahabharata karangan Wyasa Kresna Dwaipayana, seorang
pujangga India. Kitab tersebut mengisahkan perang perebutan takhta Kerajaan
Hastinapura di antara keluarga Kurawa dan Pandawa yang dimenangkan oleh
Pandawa.
Ramalan
Jayabhaya atau sering disebut dengan Jangka Jayabhaya adalah ramalan dalam
tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabhaya, raja Kerajaan
Kediri. Ramalan ini dikenal pada khususnya dikalangan masyarakat Jawa yang
dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. Asal usul utama serat
Jangka Jayabhaya dapat dilihat di kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri
Prapen. Sekalipun banyak keraguan keasliannya tapi sangat jelas bunyi bait
pertama kitab Musasar yang menuliskan bahwasanya Jayabhaya-lah yang membuat ramalan-ramalantersebut.
Isinya:
1.
Besuk
yen wis ana kreta tanpa jaran -- kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda
2.
Prahu
mlaku ing dhuwur awang-awang -- perahu berjalan di angkasa
3.
Kali
ilang kedhunge -- sungai kehilangan mata air
4.
Sekilan
bumi dipajeki -- Sejengkal tanah dikenai pajak.
5.
Wong
wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
Sepeninggal Jayabhaya, Kerajaan Kediri
dipimpin oleh Sareswara (1159-1169 M). tidak banyak yang diketahui mengenai
raja ini sebab terbatasnya peninggalan yang ditemukan. Ia memakai lencana
Kerajaan berupa Ganesha.
Sepeninggal Sareswara, Kerajaan Kediri
berurut-turut dipimpin oleh Aryyeswara, Kroncaryyadipa. Kemudian pemerintahan
Kerajaan jatuh ditangan Raja Kameswara
Terdapat sesuatu yang menarik pada masanya.
Yaitu untuk pertama kalinya didapatkan orang-orang terkemuka mempergunanakan
nama-nama binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh,
macan Putih, gajah Kuning dan sebagainya.
Raja Kameswara (1182-1185 M) selama beberapa
waktu tidak ada berita yang jelas mengenai Raja Kediri hingga ia muncul. Masa
pemerintahan ini ditulis dalam Kitab Kakawin Smaradhana oleh Mpu Darmaja yang
berisi pemujaan terhadap raja, serta Kitab Lubdaka dan Wretasancaya yang
ditulis oleh Mpu Tan Akung. Kitab Lubdaka bercerita tentang seorang pemburu
yang akhirnya masuk surga dan Wretasancaya yang berisi petunjuk mempelajari
tembang Jawa Kuno. Pada masa ini perkembangan karya sastra mencapai puncak
kejayaannya. Beberapa karya sastra yang muncul selain yang disebut diatas
antara lain Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna ; Kitab Sumanasantaka, karya
Mpu Managuna.
· Sri Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung
(1194), Prasasti Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon
(1205), Nagarakretagama, dan Pararaton.
Selanjutnya pada tahun 1185-1222 M
yang menjadi raja Kediri adalah Kertajaya dan raja terakhir kerajaan Kediri. Ia
memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang
bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam
masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal
inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Runtuhnya Kediri
Kertajaya
adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti
Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh
rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan
antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab
berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan
itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa kaum
brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta perlindungan
pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan
Tumapel (Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah
pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok di desa
Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit
Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat
itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada
masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab
Negarakertagama.
Setelah
Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan
Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai
Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama
Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan oleh putranya , yaitu
Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama
menjadi bupati, Jayakatwang memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh
Kertanegara, karena dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya
dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun. Hal itu
terjadi karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol
dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
B.
SOSIAL
Kehidupan
sosial masyarakat kerajaan kediri
Kehidupan
sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat
masyarakat hidup tenang,
Dalam kitab
Ling-Wai-Tai-Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada tahun 1178 M.
menyatakan bahwa masyarakat Kediri memakai kain sampai bawah lutut dan
rambutnya diurai. Rumah-rumahnya rata-rata sangat bersih dan rapi. Lantainya
dibuat dari ubin yang berwarna kuning dan hijau. Pemerintahannya sangat
memerhatikan keadaan rakyatnya sehingga pertanian, peternakan, dan perdagangan
mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Golongan-golongan
dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi tiga berdasarkan kedudukan dalam
pemerintahan kerajaan.
1.
Golongan masyarakat pusat (kerajaan),
yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum
kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2.
Golongan masyarakat thani (daerah),
yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas
pemerintahan di wilayah thani (daerah).
3.
Golongan masyarakat nonpemerintah,
yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan
pemerintah secara resmi atau masyarakat wiraswasta. Kediri memiliki 300 lebih
pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat semua penghasilan kerajaan. Di
samping itu, ada 1.000 pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan
parit kota, perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan makanan.
Kehidupan Eknomi
Kediri
terkenal dengan kehidupan masyarakatnya yang damai. Menurut berita Cina,
masyarakat Kediri hidup berkecukupan. Kediri merupakan Kerajaan agraris
maritim. Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan dan
pertanian untuk masyarakat yang hidup di daerah pedalaman. Sedangkan yang
berada di pesisir hidupnya bergantung dari perdagangan dan pelayaran. Mereka
telah mengadakan hubungan dagang dengan Maluku dan Sriwijaya. Kediri terkenal
sebagai penghasil beras, kapas dan ulat sutra. Kerajaan Kediri cukup makmur,
hal ini terlihat pada kemampuan Kerajaan yang memberikan penghasilan tetap pada
para pegawainya walaupun hanya dibayar dengan hasil bumi. Keterangan tersebut
berdasarkan kitab Chi-fan-Chi (1225) karya Chau Ju-kua mengatakan bahwan
Su-ki-tan yang merupakan bagian dari She-po(Jawa) telah memiliki daerah
taklukkan. Para ahli memperkirakan Su-ki-tan adalah sebuah Kerajaan yang berada
di Jawa Timur, dan yang tak lain dan tak bukan adalah Kerajaan Kediri. Mungkin
juga Su-ki-tan sebagai kota pelabuhan yang telah dikenal para pedagang
dari luar negeri, termasuk Cina.
Pemerintahannya
sangat memperhatikan keadaan rakyatnya sehingga pertanian, perdagangan dan
peternakan mengalami kemajuan yang cukup pesat Penduduk wanitanya memakai kain sarung sampai
bawah lutut dan rambutnya terurai. Rumah mereka bersih dan rapi, lantainya dari
ubin berwarna hijau dan kuning. Dalam upacara perkawinan mereka memakai mas
kawin dari emas dan perak.
Masyarakatnya
sering mengadakan pesta air (sungai atau laut) maupun pesta gunung sebagai
ungkapan terima kasih kepada para dewa dan leluhur mereka. Kehidupan
perekonomian Kediri berpusat pada bidang pertanian dan perdagangan. Hasil
pertanian masyarakat Kediri umumnya beras. Sementara barang−barang yang
diperdagangkan antara lain emas, kayu cendana, dan pinang.
Walaupun
terletak di pedalaman, jalur perdagangan dan pelayaran maju pesat melalui
Sungai Brantas yang dapat dilayari sampai ke pedalaman wilayah Kediri dan
bermuara di Laut Selatan (Samudera Indonesia). Masyarakat Kediri juga sudah
mempunyai kesadaran tinggi dalam membayar pajak. Mereka membayar pajak dalam
bentuk natura yang diambil dari sebagian hasil bumi mereka.
Perdagangan,
peternakan, dan pertanian. Kediri terkenal sebagai penghasil beras, kapas dan
ulat sutra. Dengan demikian dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan Kediri cukup
makmur.
C.
BUDAYA
·
KARYA SASTRA
Pada zaman
kekuasaan Kerajaan Kediri, kebudayaan berkembang pesat. terutama pada bidang
sastra. Hasil-hasil sastra pada zaman Kerajaan Kediri di antaranya:
a. Kitab
Arjuna Wiwaha
Penulis
: Mpu Kanwa (abad ke-10 M)
Judul
: Arjuna Wiwaha
Isi
: Kakimpoi ini menceritakan sang Arjuna ketika ia
bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa, dengan dikirim tujuh
bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk menggodanya. Nama bidadari yang
terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil
menggoda Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang
brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya
dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna
memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang
dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah batara Siwa. Setelah itu
Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang
mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh
mengawini tujuh bidadari ini.
b. Kitab
Bharatayudha
Penulis
: Mpu Sedah dan Mpu Panuluh (abad ke-12 M)
Judul
: Bharatayudha
Isi
: Mencerutakan perang saudara 18 hari antara keluarga
Pandhawa dan Kurawa. Kitab ini menurut banyak ahli sejarah sebenarnya gambaran
Kediri semasa perang saudara Pangjalu dan Daha yang rebutan kekuasaan antara
kakak-adik yang terdpat pada prasasti Ngantang. Kisah Kakimpoi Bharatayuddha
kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Jawa Baru dengan judul Serat Bratayuda oleh
pujangga Yasadipura I pada zaman Kasunanan Surakarta.
c. Kitab
Simaradahana
Penulis
: Mpu Darmaja
Judul
: Simaradahana
Isi
: Mengisahkan hilangnya suami istri, Dewa Kama dan Dewi
Ratih, karena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Kama dan Ratih
menjelma menjadi manusia dan mengembara di dunia untuk menggoda manusia. Kitab
itu dikarang oleh Mpu Dharmaja pada masa Sri Kameswara yang dalam Smaradahana
dianggap sebagai titisan Dewa Kama. istriSri kameswara yang bernama Sri Kirana
yang sangat cantik, dianggap sebagai titisan Dewi Ratih. Sri Kirana adalah
putri kerajaan Janggala. Sri Kameswara dalamkesusastraan Jawa disebut panji Inu
Kertapati atau Panji Kudawanengpati. Sri Kirana yang disebut juga candrakirana
merupakan dasar cerita Panji.
d. Kitab
Krisnaya
Penulis
: MpuTriguna (abad ke-5 M)
Judul
: Krisnaya
Isi
: Dewi Rukmini, putri prabu Bismaka di negeri Kundina,
sudah dijodohkan dengan Suniti, raja negerei Cedi. Tetapi ibu Rukmini, Dewi
Pretukirti lebih suka jika putrinya menikah dengan Kresna. Maka karena hari
besar sudah hampir tiba, lalu Suniti dan Jarasanda, pamannya, sama-sama datang
di Kundina. Pretukirti dan Rukmini diam-diam memberi tahu Kresna supaya datang
secepatnya. Kemudian Rukmini dan Kresna diam-diam melarikan diri. Mereka
dikejar oleh Suniti, Jarasanda dan Rukma, adik Rukmini, beserta para bala
tentara mereka. Kresna berhasil membunuh semuanya dan hampir membunuh Rukma
namun dicegah oleh Rukmini. Kemudian mereka pergi ke Dwarawati dan melangsungkan pesta pernikahan.
e. Kitab
Hariwangsa
Penulis
: Mpu Panuluh
Judul
: Hariwangsa
Isi
: Menceritakan asal-usul Kresna (Krishna), sepupu
Pandawa yang menjadi penasehat Pandawa dalam perang Bharatayudha. Kresna pula
yang menyemangati Arjuna yang patah semangat untuk berperang melawan Kurawa
karena ia harus berhadapan dan membunuh guru, leluhur, dan sanak-saudaranya
sendiri.
f. Kitab
Gatutkacasraya
Penulis
: Mpu Panuluh
Judul
: Gatutkacasraya
Isi
: Menceritakan perkawinan Abimayu, putra Arjuna dengan
Siti Sundari atas bantuan Gataotkaca, puta Bima.
g. Kitab
Mahabrata
Penulis
: Resi Wiyasa
Judul
: Mahabrata
Isi
: Menceritakan pertikaian antara keturunan Raja Bharata
dari Hastinapura, yakni Pandawa sebagai pihak kebaikan melawan pihak Kurawa
sebagai pihak kebatilan. Pandawa (lima bersaudara) dan Kurawa (seratus bersaudara:
99 laki-laki, 1 wanita) adalah saudara sepupu dari garis ayah.
Peperangan antara mereka dikenal dengan Bharatayudha (Peperangan
antara keturunan Bharata), yang berlangsung di lapang Kurusetra dan dimenangkan
pihak Pandawa. Meski menang, banyak saudara dan raja pembantu dari Pandawa yang
gugur dalam perang.
h. Kitab Lubdaka
dan Kitab Warasancaya
Penulis
: Mpu Tan Akung (abad ke-11 M)
Judul
: Lubdaka dan Warasancaya
Isi
: Menceritakan seseorang yang bernama Lubdaka yang
dilukiskan sebagai pemburu yang tentu saja gemar membunuh binatang-binatang
buruan di hutan. Pada suatu hari, ia tidak dapat binatang buruan, kemudian
kemalaman dan dia naik pohon maja. Karena takut terjatuh dan akan
menjadi santapan binatang buas (padahal binatangnya tidak ada) ia memetik
daun maja dan dijatuhkannya ke tanah. Maksudnya supaya bisa ia bisa menahan
kantuk. Sebagai tanda terima kasih dewa Syiwa kemudian mengijinkan Lubdaka
masuk kedalam taman sorga dan dosa-dosanya di ampuni. Cerita ini merupakan saduran
dari mitologi India yang bertalian dengan upacara kegamaan Shiwaratri yang pada
jaman majapahit sudah
i. Kitab
Ling Way Taita
Penulis
: Chou Ku Fei (1178 M)
Judul
: Ling Way Taita
Isi
: Berisi kehidupan tata pemerintahan dan keadaan di
istanaatau benteng pada masa kerajaan kediri.
j.
Kitab Chu Fang Chi
Penulis
: Chau Ju Kua (1225 M)
Judul
: Chu Fang Chi
Isi
: Menceritakan bahwa Asia Tenggara tumbuh dua kerajaan
besar dan kaya yaitu Jawa dan Sriwijaya. Kitab ini juga menceritakan keadaan
tanah jajahan dan sifat rakyat kedua negara itu
· PRASASTI
Prasasti pada Jaman
Kerajaan Kadiri diantaranya yaitu:
1.
Prasasti Banjaran yang berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu
atau Kadiri atas Jenggala
2.
Prasasti Hantang tahun 1135 atau 1052 M menjelaskan Panjalu atau Kadiri pada
masa Raja Jayabaya. Pada prasasti ini terdapat semboyan Panjalu Jayati yang
artinya Kadiri Menang.Prasasti ini di keluarkan sebagai piagam pengesahan
anugerah untuk penduduk Desa Ngantang yang setia pada Kadiri selama perang
dengan Jenggala.Dan dari Prasasti tersebut dapat di ketahui kalau Raja
Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Janggala dan mempersatukannya
kembali dengan Kadiri.
3.
Prasasti Jepun 1144 M
4.
Prasasti Talan 1136 M Seni sastra juga mendapat banyak perhatian pada zaman
Kerajaan Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah
dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi
kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan,kemenangan.
·
CANDI
v
Candi Penataran
Blitar di Jawa Timur yang dibangun pada abad ke-11 M merupakan peninggalan
kerajaan Kediri.
· PATUNG
v
Ken Dedes di
Kediri, Jatim dibuat pada abad ke-12 M peninggalan kerajaan Kediri
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan
analisa kami dari sejumlah referensi yang saya baca, saya dapat menyimpulkan
beberapa hal tentang Kerajaan Kediri yaitu :
- Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan yang besar yang pernah berkuasa di Nusantara.
- Kerajaan Kediri sudah ada sebelum Raja Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno menjadi dua bagian.
- Kerajaan Kediri sempat menjadi kerajaan yang kaya dan disegani di Asia.
- Kerajaan Kediri mengalami 2 kali pendirian masa, yang pertama saat Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno, yang kedua saat Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara.
Saran
·
Dalam
hal ini kami menyarankan agar kita tetap mengingat kata dari bung Karno beliau
berkata “JASMERAH” jangan lupakan sejarah, Maka kita sebagai penerima
warisan (sejarah) hendaknya kita lebigh giat lagi mencari pengetahuan mengenai
sejarag-sejarah masa lampau. dengan demikian kita akan bisa menambahkan rasa
prtiotisme, yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa
cinta tanah air, guna membangun bangsa yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
·
id.wikipedia.org
·
www.scribd.com
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1.
Kelompok 1 (Kerajaan Kutai)
·
Jelaskan bagaimana proses masuknya agama Islam
yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Kutai?
2.
Kelompok 2 (Kerajaan Tarumanegara)
·
Raja Purnawarman menganut agama Hindu aliran
Wisnu. Apa yang dimaksud dengan Hindu aliran Wisnu itu? Jelaskan!
3.
Kelompok 3 (Kerajaan Maritim Sriwijaya)
·
Apa saja jasa Raja Balaputradewa dari Dinasti
Syailendra untuk kepentingan masyarakat?
4.
Kelompok 4 ( Kerajaan Mataram Kuno)
·
Jelaskan arti dari tugas para pejabat Rakyan
Mahawantri I Hino, Rakyan Mahawantri I Halu, Rakyan Mahawantri I Sirikan,
Rakyan Mahawantri I wka dan pangat tiruan!
5.
Kelompok 5 (Kerajaan Medang Kamulan)
·
Siapa yang mendirikan Dinasti Isyiran dan
tugas bagaimana proses terbentuknya
Dinasti Isyiran?
6.
Kelompok 7 (Kerajaan Singasari)
·
Jelaskan politik Kartanegara dalam memperluas
kekuasaan Singasari!
7.
Kelompok 8 (Kerajaan Majapahit)
·
Apa yang dimaksud dengan Dewa Lokapala dan
jelaskan tentang letak keempat penjuru mata angina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar